Kepemimpinan Bung Karno Sangatlah Relevan Sebagai Teladan Generasi Muda

Bung Karno selalu memberikan pesan kepada generasi muda untuk selalu mengikuti zaman. Baginya generasi muda ialah penerus semangat zaman, yang nantinya harus siap memimpin dirinya sendiri maupun memimpin banyak orang. Seorang pemuda bisa menjadi pemimpin, menurut Bung Karno harus memenuhi tiga syarat pokok. Calon pemimpin harus disiplin, pemberani, bijak, dan menguasai dengan tepat serta benar ajaran Bung Karno.

Kelebihan pemikiran dan ideologi Bung Karno ini diungkapkan putra sulungnya, Guntur Soekarno. Oleh Guntur, teladan yang diberikan Bung Karno tak hanya diterapkan dalam konteks bernegara saja, namun juga dapat diambil dari keseharian Bung Karno, termasuk dalam hal kecil, seperti disiplin waktu. Guntur mereplikasi nilai-nilai Soekarno dalam keseharian. Disiplin waktu antara lain ditunjukkannya dari hal-hal kecil seperti disiplin dengan tepat waktu dalam perjanjian temu dengan temannya sendiri.

Menurutnya seseorang yang memiliki sikap kepemimpinan harus memiliki kebiasaan disiplin. Disiplin dapat dimulai dari dirinya sendiri dengan berprinsip mengerjakan sesuatu dengan tepat dan sesuai dengan waktunya. Baginya seorang pemimpin harusnya tidak hanya menuntut orang lain disiplin namun dirinya sendiri belum bisa disiplin. Sebab, pemimin yang baik harusnya memberi contoh yang baik pula sebagai bentuk tanggung jawab moralnya sebagai teladan bagi orang lain.

Sikap pemberani juga diwujudkan Bung Karno dalam berbagai langkahnya semasa hidupnya. Sejak dirinya muda, seperti pemuda pada umunya waktu itu, Bung Karno memiliki semangat muda yang berapi-api, apalagi bila membicarakan tentang nasib bangsa Indonesia kedepan. Semangat dan keberanian Bung Karno, dirinya implementasikan dengan aktif berdiskusi dan berorganisasi sejak remaja.

Mulai dari keikutsertaanya dalam Jong Java cabang Surabaya (tahun 1915) hingga berani mendirikan Algemenee Studie Club (ACS) di Bandung yang merupakan cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) yang nantinya ia ketuai.

Keberaniannya tidak hanya berdasar pada semangat muda yang dimilikinya. Namun, juga berkaca dari tokoh-tokoh dunia yang diidolakanya sejak kecil. Sejak kecil, Bung Karno gemar membaca buku, terutama buku biografi tokoh negara dan dunia. Kebiasaan ini membuatnya menjadi pemuda yang berwawasan luas dan berani bertindak.

Bung Karno bukan hanya pemimpin yang berdasar teori saja, namun juga pemimpin yang bersikap kepemimpinan dalam praktik. Sikap bijak Bung Karno tidak hanya tercermin dalam keputusan dan kebijakan kenegaraan aja namun juga dalam perilaku kesehariannya. Semasa muda, Bung Karno bijak dalam pergaulan dan menyibukkan dirinya akan hal-hal yang produktif. Dirinya tak segan untuk bergaul dengan orang yang lebih senior darinya seperti tokoh-tokoh hebat pada masanya.

Bung Karno bahkan berguru dengan H.O.S Tjokroaminoto saat dirinya mulai indekos di sana. Pertemuan dengan Tjokroaminoto ini yang juga menjadi gerbang perkenalan dirinya dengan dunia politik. Setelah itu, Bung Karno muda pun kenal dengan sejumlah tokoh senior pergerakan. Selain membaca, berorganisasi, hingga bergaul dengan tokoh-tokoh hebat, Bung Karno juga gemar mengisi waktu luangnya dengan membuat karya tulis.

Bung Karno menuangkan keberaniannya dalam berpendapat melalui tulisan. Ia aktif menulis di media massa. Pada 21 Januari 1921, artikel pertamanya terbit di halaman koran Oetoesan Hindia milik Sarekat Islam, setelahnya ia pun rutin menulis menggantikan H.O.S Tjokroaminoto.

Teladan yang diajarkan Bung Karno di atas masih sangat relevan bagi generasi muda zaman sekarang. Hal ini karena pemikiran Bung Karno muda yang visioner. Dari generasi ke generasi ajaran Bung Karno masih sesuai dengan semangat zaman. Bahkan dapat menjadi jawaban bagi para generasi muda masa kini yang merasa krisis identitas kepemimpinan, agaknya sikap kepemimpinan Bung Karno dapat menjadi teladan dan memperluas wawasan baik untuk diri sendiri maupun orang banyak.