Bung Karno dan Che Guevara

Bung Karno

Tokoh pergerakan ikonik yang sampai sekarang sebagai simbol untuk melawan ketidakadilan, Ernesto Che Guevara. Sosok legendaris dari sejarah revolusi ini juga dikenal karena perannya dalam Revolusi Kuba dan gerakan anti-imperialisme.

Pada Juni 1959, sejarah mencatat pertemuan dua tokoh revolusioner dunia, Bung Karno dari Indonesia dan Che Guevara dari Kuba. Keduanya berdialog bukan hanya sekadar diplomasi, tetapi juga pertukaran ide dan semangat revolusioner yang menggema di tengah gelombang perubahan dunia pada masa itu.

Dalam suasana hangat dan penuh semangat, Bung Karno menyampaikan pandangannya kepada Che Guevara. Bung Karno menjelaskan kondisi kota-kota di Indonesia mulai dari Bandung yang indah sampai Surabaya yang memiliki Pelabuhan milik jaringan dagang Hindia-Belanda sebelum Australia didirikan Inggris. Kemudian ia juga berbicara tentang kondisi sosial politik dunia pada masa itu.

Saat itu juga, Che memberikan pertanyaan kepada Bung Karno. “Jadi apa yang Tuan Soekarno lakukan untuk itu?”

“Bagi saya, Che, sebuah perubahan sejarah itu tidak boleh setengah-setengah, ia harus menjebol, ia harus memporakporandakan. Dari situasi porak poranda itu kita bangun yang baru, bangunan masyarakat yang modern, terhormat dan memanusiakan manusia,” kata Bung Karno, usai makan malam dengan Che Guevara dan ditutup dengan mengisap cerutu Kuba bersama-sama.

Usai menemui Soekarno, Guevara sangat terkesan dengan Soekarno dan mengajaknya berkunjung ke Kuba. Setahun setelah Guevara mengunjungi Indonesia, giliran Presiden Soekarno yang mengunjungi Kuba pada 1960.

Pemimpin Kuba Fidel Castro langsung menyambut Soekarno dengan meriah di bandara Havana. Warga Kuba yang berderet di pinggir jalan membentangkan poster bertuliskan “Viva President Soekarno”.

Soekarno banyak bercerita dengan Castro dan Guevara tentang apa yang pernah dilakukannya selama di Indonesia. Ia juga sempat memaparkan konsep marhaenisme, yang pada dasarnya menjelaskan kemandirian ekonomi tanpa didekte imperiaslis atau penjajah. Soekarno menekankan negara seperti Indonesia dan Kuba harus menjadi tuan di negerinya sendiri.

Diskusi ini membuat Castro dan Guevara mengidolakan Soekarno. Melalui persahabatan baru ini, Soekarno juga merasa mendapatkan teman seperjuangan yang mengerti idealisme yang perlu diperjuangkan di panggung internasional.

Presiden pertama Indonesia itu juga membawa hadiah kepada Castro berupa keris, senjata tradisional khas Indonesia.

Walaupu saat sudah di Indonesia, kedekatan Soekarno dengan Guevara dan Castro masih terjalin serta menjalin hubungan yang dekat.